Rabu, 10 Februari 2010

Tantangan Ideologi Global

Allah SWT telah menetapkan Rasulullah Muhammad SAW sebagai penyempurna agamaNya dan sebagai penutup para Nabi. Oleh karena itu Allah SWT juga berfirman bahwa islam telah sempurna. Namun, seiring dengan perjalanan waktu, muncullah interpretasi – interpretasi mengenai ajaran islam. Salah satunya adalah gagasan sekularisasi dan liberasilisasi islam, perdebatan otentisitas Al Qur’an dan sebagainya.

Pemikiran – pemikiran yang digulirkan oleh kaum orientalis barat dan misionaris Kristen telah memberi pengaruh yang besar kepada gagasan sekularisasi dan liberalisasi islam yang diusung oleh Islam Liberal. Namun ternyata banyak ketidakjelasan dan kekeliruan dalam pendapat – pendapat yang disampaikan oleh mereka. Sangat jelas, beberapa diantaranya bersifat spekulatif dan eksperimental. Mereka bahkan tidak dengan tegas memberi batasan “Liberal“ padahal konsep batas itu akan merumuskan kriteria, distinsi, dan kategorisasi liberal. Akibatnya paham liberal cenderung di bangun di atas paham relativisme, skeptisisme, dan agnotisisme.
Berikut akan diulas ideologi – ideologi yang bersumber dari barat yang di era global ini banyak diadopsi oleh orang islam. Semoga dengan hadirnya makalah ini akan menjadi pencerahan bagi kita agar dapat secara lebih rasional dan objektif menilai gagasan sekularisasi dan liberalisasi islam tersebut.

I. LIBERALISME

Istilah ‘liberalisme’ berasal dari bahasa latin 'liber'yang artinya ‘bebas’ atau ‘merdeka’. Prinsip liberalisme yang paling mendasar ialah pernyataan bahwa tunduk kepada otoritas (kekuasaan) apa pun namanya adalah bertentagan dengan hak asasi, kebebasan, dan harga diri manusia (yaitu otoritas yang akarnya, aturannya, ukurannya, dan ketetapannya ada di luar dirinya. Gagasan ini banyak diminati oleh elit terpelajar dan bangsawan yang menyukai kebebasan berfikir tanpa batas.
Dalam ranah politik, liberalisme dimaknai sebagai sistem dan kecenderungan yang berlawanan, dengan menentang mati – matian kekuasaan mutlak. Di wilayah sosila, liberalisme berarti emansipasi wanita, penyetaraan gender, pupusnya control sosial terhadap individu dan runtuhnya nilai – nilai kekeluargaan. Sedangkan dalam urusan agama, liberalisme berarti kebebasan menganut, menyakini, dan mengamalkan apa saja, sesuai kecenderungan, kehendak, dan selera masing – masing.
Awalnya liberalisme berkembang di kalangan Kristen. Sekarang mereka giat menyebarkan ajarannya di kalangan islam salah satunya melalui mahasiswa islam yang belajar studi islam di barat. Secara umum mereka menghendaki kebebasan bagi siapa saja untuk menafsirkan ajaran agama dan kitab sucinya.

Dapat kita simpulkan bahwa paham liberalisme mencakup tiga hal. Pertama, kebebasan berpikir tanpa batas alias free thinking. Kedua senantiasa meragukan dan menolak kebenaran alias sophisme. Ketiga sikap longgar dan semena – mena dalam beragama.

II. PLURALISME AGAMA

Pluralisme agama yaitu koeksistensinya berbagai kelompok atau keyakinan di satu waktu dengan tetap terpeliharanya perbedaan – perbedaan dan karakteristik masing – masing. Menurut pemahaman ini adanya macam – macam agama dan doktrin yang berbeda – beda itu justru menunjukkan bahwa tidak ada satu pun agama yang benar dan layak dipercaya. Dikatakan bahwa semua agama sama benarnya. Agama – agama hanya berbeda formatnya saja. Namun substansinya sama : kepercayaan pada Tuhan, kenabian, dan moralitas.

Pluralisme agama jelasnya, merupakan persenyawaan tiga proposisi. Pertama, semua tradisi agama – agama besar adalah sama, semuanya merujuk dan menunjuk sebuah realitas tunggal yang transenden dan suci. Kedua, semuanya sama – sama menawarkan jalan keselamatan. Dan Ketiga, semuanya tak ada yang final. Artinya, setiap agama harus selalu terbuka untuk dikritisi dan direvisi.

III. SEKULARISME DAN SEKULARISASI

Ada sebuah teori terkenal yang mengatakan bahwa, makin maju suatu masyarakat, makin menurun komitmen mereka pada agama. Maju disini maksudnya modern. Intinya sekularisme yaitu paham yang memisahkan / menjauhkan agama dari kehidupan sehari – hari / bermasyarakat demi tercapainya Negara yang maju.
Memang sekularisme tidak mesti berakhir dengan atheisme, menurut Steve Bruce, Agama tidak diprediksi bakal lenyap karena sekularisme. Namun sebagai gantinya, masyarakat sekuler cenderung dari budaya beragama kepada sekedar kepercayaan agama kalau sebelumnya agama laksana sifat kata kerja (adverb ) maka belakangan agama menjadi kata benda ( noun ) kalau dahulu orang melakukan sesuatu karena dan merujuk petunjuk agama, maka sekarang orang melakukan apa yang mereka lakukan tanpa peduli pada dan bukan karena agama.

IV. FEMINISME DAN ISU GENDER

Memang tak dapat dipungkiri, gerakan feminis barat merupakan respond an reaksi terhadap situasi dan kondisi kehidupan masyakarat disana, terutama yang menyangkut nasib dan peran wanita. Salah satu penyebabnya ialah pandangan sebelah mata terhadap perempuan ( misogyny ) dan berbagai macam anggapan buruk serta ultra negative yang dilekatkan kepada mereka. Oleh karena itu, mereka ( kaum wanita ) menuntut penyetaraan gender ( diberlakukan sama dengan laki – laki di segala bidang ) Mary Wollstonecraft sebagai nenek moyang kaum feminis lewat tulisannya mengecam berbagai bentuk diskriminasi terhadap perempuan, menuntut persamaan hak bagi perempuan baik dalam pendidikan maupun politik. Wanita tidak boleh lagi menjadi burung dalam sangkar. Mereka harus di bebaskan dari kurungan rumah tangga dan penjara – penjara lainnya.

Selain pendidikan dan politik, para aktivis perempuan itu menuntut reformasi hukum dan undang – undang supaya lebih adil dan tidak merugikan perempuan. Di lingkungan kerja mereka mendesak pembayaran gaji, pembagian kerja, penugasan dan segala macam pembedaan atas pertimbangan jenis kelamin dihapuskan sama sekali

V. BAGAIMANA MENGATISIPASINYA

Kita harus mengenal diri kita, mengenal agama kita, tradisi intelektual kita, secara mendalam dan menyeluruh. Kita tidak boleh silau dengan pencapaian orang barat. Kita juga harus melawan mereka dengan cara rasional dan ilmiah. Sekarang ini hegemoni politik, ekonomi dan budaya sudah ditangan mereka. Dalam bidang keilmuan dan intelektual, mereka berhasil menciptakan imej bahwa kekuasaan ada di tangan mereka. Bahwa mereka lebih pakar dan lebih tahu tentang islam daripada orang islam sendiri.
Salah satu langkah kongkret untuk mengcounter upaya mereka adalah dengan memperdalam pengetahuan kita tentang sejarah islam, serta mempelajari sejarah Kristen, Yahudi, Sejarah Al Qur’an, sejarah hadits dan hukum islam. Serta menguasai bahasa semitik selain arab.


BIBLIOGRAFI

Dr. Syamsudin Arif, Orientasi dan Diabolisme, Jakarta : GIP, 2008
Adnin Armas, M.A. Pengaruh Kristen – Orientasi Terhadap Islam liberal, Jakarta : GIP, 2003
Drs. Anis Malik Thoha, Tren Pluralisme Agama, Jakarta : GIP, 2005

Tidak ada komentar:

Posting Komentar