Jika kita mau mencermati kematian, niscaya kita tahu bahwa ia adalah perkara yang besar. Ia adalah piala bergilir bagi setiap orang yang berdiam di suatu temtpat maupun yang suka pergi berkelana.Dengannya, seorang hamba keluar dari dunia menuju surga atau neraka.
Kalaulah tak ada arti kematian selain kehilangan, hancurnya tubuh dan
terlupakannya keindahan siang dan malam,
Niscaya ada kekeruhan bagi mereka yang suka bersenang-senang,
Dan perubahan bagi mereka yang tenggelam dalam kenikmatan.
ولكّل أمّة أجل فأذا جاء أجلهم لا يستأخرون ساعة ولا يستقدمون
“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu, maka apabila telah datang waktunya, mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (QS. Al-A'raf :34)
Tak ada yang harus dikhawatirkan dalam kematian. Ia adalah pintu yang setiap orang pasti akan memasukinya. Tetapi yang menjadi masalah serius adalah, apa yang terjadi setelah kematian? Apakah berupa taman dan sungai yang mengalir, dalam tempat yang dijanjikan Allah; ataukah berupa kesesatan dan api yang bergejolak?
Maka orang-orang yang shaleh sangat rindu, ingin segera bertemu Rabb mereka.
Demi Allah… itulah keberuntungan yang besar. Ketika dihadapkan pada Rabbul ‘alamin, mereka bangga dengan cara kematian yang mereka alami. Wajah mereka putih bersih dan derajat mereka tinggi.
Orang-orang shaleh menghadapi kematian dengan jiwa yang tenang. Tujuan mereka hanya satu; mati dalam keadaan diridai Allah SWT. mereka itu sebagaimana disebutkan dalam firmannya
يأيّها الّذين ءامنوا التّقوا الله حقّ تقاته ولا تموتنّ الا وانتم مسلمون
“Wahai oramg-orang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar taqwa kepadaNya, dan janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan Muslim” (QS. Ali imran : 102)
Ya jangan sampai kita mati kecuali dalam keadaan muslim.
Salah satu bentuk keadilan Allah adalah, bisanya seorang hamba meninggal dengan cara sesuai dengan kebiasaan semasa hidupnya. Orang yang menyibukkan diri semasa hidupnya dengan dzikir, shalat, shadaqah dan puasa, biasanya meninggal dengan husnul khatimah. Sebaliknya, mereka yang berpaling dari kebaikan, dikhawatirkan akan mati dengan suul khatimah.
Karena perbedaan itulah orang-orang shaleh selalu bersiap-siap mengadapi kematian sebelum ia datang. Ia berusaha sebaik mungkin menggunakan setiap nafas yang ia hirup dan waktu yang ia miliki agar menjadi bekal menghadap kematian, dan dapat mengangkat derajatnya di sisi Allah. Maka mereka pergi berjihad, menyuruh kepada yang makruf mencegah dari yang munkar. Mereka menyibukkan diri dengan amal-amal yang membawa kepada ketaatan. Demikianlah, hingga akhirnya ajal datang menjemput. Mereka adalah orang-orang yang menyadari, tak ada tempat lari ketika ajal menjemput. Mereka menjemput kematian sebelum kematian itu menjemput mereka.
Kalaulah tak ada arti kematian selain kehilangan, hancurnya tubuh dan
terlupakannya keindahan siang dan malam,
Niscaya ada kekeruhan bagi mereka yang suka bersenang-senang,
Dan perubahan bagi mereka yang tenggelam dalam kenikmatan.
ولكّل أمّة أجل فأذا جاء أجلهم لا يستأخرون ساعة ولا يستقدمون
“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu, maka apabila telah datang waktunya, mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (QS. Al-A'raf :34)
Tak ada yang harus dikhawatirkan dalam kematian. Ia adalah pintu yang setiap orang pasti akan memasukinya. Tetapi yang menjadi masalah serius adalah, apa yang terjadi setelah kematian? Apakah berupa taman dan sungai yang mengalir, dalam tempat yang dijanjikan Allah; ataukah berupa kesesatan dan api yang bergejolak?
Maka orang-orang yang shaleh sangat rindu, ingin segera bertemu Rabb mereka.
Demi Allah… itulah keberuntungan yang besar. Ketika dihadapkan pada Rabbul ‘alamin, mereka bangga dengan cara kematian yang mereka alami. Wajah mereka putih bersih dan derajat mereka tinggi.
Orang-orang shaleh menghadapi kematian dengan jiwa yang tenang. Tujuan mereka hanya satu; mati dalam keadaan diridai Allah SWT. mereka itu sebagaimana disebutkan dalam firmannya
يأيّها الّذين ءامنوا التّقوا الله حقّ تقاته ولا تموتنّ الا وانتم مسلمون
“Wahai oramg-orang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar taqwa kepadaNya, dan janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan Muslim” (QS. Ali imran : 102)
Ya jangan sampai kita mati kecuali dalam keadaan muslim.
Salah satu bentuk keadilan Allah adalah, bisanya seorang hamba meninggal dengan cara sesuai dengan kebiasaan semasa hidupnya. Orang yang menyibukkan diri semasa hidupnya dengan dzikir, shalat, shadaqah dan puasa, biasanya meninggal dengan husnul khatimah. Sebaliknya, mereka yang berpaling dari kebaikan, dikhawatirkan akan mati dengan suul khatimah.
Karena perbedaan itulah orang-orang shaleh selalu bersiap-siap mengadapi kematian sebelum ia datang. Ia berusaha sebaik mungkin menggunakan setiap nafas yang ia hirup dan waktu yang ia miliki agar menjadi bekal menghadap kematian, dan dapat mengangkat derajatnya di sisi Allah. Maka mereka pergi berjihad, menyuruh kepada yang makruf mencegah dari yang munkar. Mereka menyibukkan diri dengan amal-amal yang membawa kepada ketaatan. Demikianlah, hingga akhirnya ajal datang menjemput. Mereka adalah orang-orang yang menyadari, tak ada tempat lari ketika ajal menjemput. Mereka menjemput kematian sebelum kematian itu menjemput mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar