Saya ingin bercerita tentang sebuah kisah yang walaupun sudah 4 tahun berlalu saya mendengarnya melalui salah satu stasiun radio islam, tetapi sampai sekarang membuat saya terenyuh jika mengingatnya, rasanya tidak adil jika saya menyimpannya sendirian alangkah baiknya jika saudaraku semua juga dapat mengetahuinya…selamat menyimak ; >
Suatu ketika seperti biasa seorang ibu tengah sibuk mempersiapkan kedelai untuk diolah menjadi makanan yang kerap kita jumpai,digemari hampir semua orang,makanan murah meriah namun bergizi tinggi,ya betul! makanan itu adalah tempe. Singkat cerita setelah selesai mengolah kedelainya kemudian olahan tadi disimpan beberapa waktu sehingga menjadi tempe. Ibu tersebut kemudian berdoa “Ya Allah berilah saya tempe yang bagus agar dapat dijual besok pagi sebagai sumber rezeki dariMu yang berkah dan bermanfaat” begitulah kira-kira doa ibu tersebut. Kemudian aktifitasnya dilanjutkan dengan menyelesaikan pekerjaan rumah tangga hingga shalat maghrib tiba. Setelah berdzikir disela-sela doanya tak lupa memanjatkan doa yang sama untuk tempe buatannya, tadarus Al-quran pun dilaksanakannya hingga menjelang isya. Setelah selesai shalat isya ibu tersebut menengok tempenya dan ternyata tempenya belum jadi. Kemudian ibu tersebut pergi tidur dengan membawa segudang asa. Pada sepertiga malam senantiasa terjaga dari tidurnya kemudian hanyut dalam sujud-sujudnya yang panjang dengan berurai air mata. Disela-sela doanya yang panjang tak lupa disisipkan doa yang sama “Ya Allah berilah saya tempe yang baik agar dapat dijual besok pagi sebagai sumber rezeki dariMu yang berkah dan bermanfaat” kemudian dilihatlah tempenya dan ternyata tempenya masih belum jadi. Sembari menunggu adzan subuh ibu tersebut larut dalam lantunan tilawahnya tak lupa juga setiap selesai shalat selalu memanjatkan doa yang sama. Hingga tiba saatnya pergi berjualan, meskipun dalam keadaan tempenya yang belum jadi tidak menyurutkan langkahnya untuk tetap pergi menjemput rezekinya. Setibanya di pasar dijajakan semua tempe-tempenya yang belum jadi tersebut. Setelah menunggu sekian lama ternyata tidak ada seorang pun yang membeli tempenya, karna memang nyaris tidak akan ada pembeli yang mencari dan membeli tempe yang belum jadi, hingga tiba saatnya pulang tidak ada satupun tempenya terjual. Ketika membereskan barang dagangannya tiba-tiba dari kejauhan terlihat seorang perempuan muda berlari-lari kecil menghampiri kiosnya, dengan masih terengah-engah perempuan tersebut bertanya “Bu tempenya masih ada?” “Ada neng tapi sayang tempe saya belum jadi” jawab ibu penjual tempe dengan nada menyesal. ”Oh kebetulan sekali bu justru saya mencari tempe yang belum jadi, saya memerlukan banyak tempe untuk acara besok!” jawabnya dengan berbinar. Singkat cerita tanpa tawar menawar lagi perempuan muda tersebut memborong semua tempe yang belum jadi tersebut tak bersisa sama sekali. Subhaanallah…dengan masih terheran-heran tak henti-hentinya mulut ibu tersebut mengucap syukur diiringi deraian air mata.
Marilah kita tengok sebuah ayat :
قل يعباد الّذين ءامنوا التّقوا ربّكم للّذين أحسنوا في هذه الدّنيا حسنة وأرض الله وسعة انّما يوفّي الصّبرون أجرهم بغير حساب
Katakanlah, “Hai hamba-hambaKu yang beriman, bertaqwalah kepada Tuhan-mu.” Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahalanya tanpa batas. (QS. Azzumar : 10)
Seperti itulah yang dilakukan ibu tadi, kuncinya adalah bersabar. Betapa yakinnya bahwa setelah berusaha semaksimal mungkin , berdoa, kemudian bertawakal, Allah SWT akan memberikan jalan kemudahan. Sikap tawakal tidak akan terjadi apabila tidak ada rasa Khusnudzan (baik sangka) kepada Allah. Beliau tidak lekas menyerah begitu saja dan berprasangka buruk kepada Allah SWT, tetapi tetap optimis dan yakin. Dan Hasilnya, Subhanallah…rizki yang tidak disangka-sangka menghampirinya. Terkadang memang kenyataan yang terjadi selalu lebih indah dari yang kita bayangkan sebelumnya, Allah itu maha mengejutkan!
Kesabaran itu sendiri dibagi menjadi tiga macam, pertama sabar dalam ketaatan kepada Allah, kedua sabar dari kemaksiatan, dan yang ketiga sabar dalam menghadapi cobaan. Semua itu (ketaatan, kemaksiatan, dan cobaan) merupakan gambaran sebuah kehidupan. Oleh karenanya sabar adalah separuh keimanan, karena setiap cabang-cabang iman memerlukan sifat sabar.
Lawan dari sifat sabar adalah keluh kesah (jaza’) yang merupakan perbuatan tercela yang akan membawa kepada kehancuran. Tidak ada pilihan lain bagi seorang muslim dalam menjalani kehidupan ini kecuali harus bersabar. Intinya apabila di dalam hati seseorang telah tertanam nilai-nilai ketaqwaan dan keyakinan yang tinggi kepada Allah SWT bahwa buah dari kesabaran adalah kenikmatan dan kemenangan yang hakiki, maka sabar itu akan menjadi mudah
فنيسّره لليسرى “ Maka kelak kami akan menyiapkan baginya jalan yang mudah,”
(QS. Al-lail : 7). Semoga kita menjadi orang-orang yang sabar dan diridhoi Allah SWT, Amin.
Suatu ketika seperti biasa seorang ibu tengah sibuk mempersiapkan kedelai untuk diolah menjadi makanan yang kerap kita jumpai,digemari hampir semua orang,makanan murah meriah namun bergizi tinggi,ya betul! makanan itu adalah tempe. Singkat cerita setelah selesai mengolah kedelainya kemudian olahan tadi disimpan beberapa waktu sehingga menjadi tempe. Ibu tersebut kemudian berdoa “Ya Allah berilah saya tempe yang bagus agar dapat dijual besok pagi sebagai sumber rezeki dariMu yang berkah dan bermanfaat” begitulah kira-kira doa ibu tersebut. Kemudian aktifitasnya dilanjutkan dengan menyelesaikan pekerjaan rumah tangga hingga shalat maghrib tiba. Setelah berdzikir disela-sela doanya tak lupa memanjatkan doa yang sama untuk tempe buatannya, tadarus Al-quran pun dilaksanakannya hingga menjelang isya. Setelah selesai shalat isya ibu tersebut menengok tempenya dan ternyata tempenya belum jadi. Kemudian ibu tersebut pergi tidur dengan membawa segudang asa. Pada sepertiga malam senantiasa terjaga dari tidurnya kemudian hanyut dalam sujud-sujudnya yang panjang dengan berurai air mata. Disela-sela doanya yang panjang tak lupa disisipkan doa yang sama “Ya Allah berilah saya tempe yang baik agar dapat dijual besok pagi sebagai sumber rezeki dariMu yang berkah dan bermanfaat” kemudian dilihatlah tempenya dan ternyata tempenya masih belum jadi. Sembari menunggu adzan subuh ibu tersebut larut dalam lantunan tilawahnya tak lupa juga setiap selesai shalat selalu memanjatkan doa yang sama. Hingga tiba saatnya pergi berjualan, meskipun dalam keadaan tempenya yang belum jadi tidak menyurutkan langkahnya untuk tetap pergi menjemput rezekinya. Setibanya di pasar dijajakan semua tempe-tempenya yang belum jadi tersebut. Setelah menunggu sekian lama ternyata tidak ada seorang pun yang membeli tempenya, karna memang nyaris tidak akan ada pembeli yang mencari dan membeli tempe yang belum jadi, hingga tiba saatnya pulang tidak ada satupun tempenya terjual. Ketika membereskan barang dagangannya tiba-tiba dari kejauhan terlihat seorang perempuan muda berlari-lari kecil menghampiri kiosnya, dengan masih terengah-engah perempuan tersebut bertanya “Bu tempenya masih ada?” “Ada neng tapi sayang tempe saya belum jadi” jawab ibu penjual tempe dengan nada menyesal. ”Oh kebetulan sekali bu justru saya mencari tempe yang belum jadi, saya memerlukan banyak tempe untuk acara besok!” jawabnya dengan berbinar. Singkat cerita tanpa tawar menawar lagi perempuan muda tersebut memborong semua tempe yang belum jadi tersebut tak bersisa sama sekali. Subhaanallah…dengan masih terheran-heran tak henti-hentinya mulut ibu tersebut mengucap syukur diiringi deraian air mata.
Marilah kita tengok sebuah ayat :
قل يعباد الّذين ءامنوا التّقوا ربّكم للّذين أحسنوا في هذه الدّنيا حسنة وأرض الله وسعة انّما يوفّي الصّبرون أجرهم بغير حساب
Katakanlah, “Hai hamba-hambaKu yang beriman, bertaqwalah kepada Tuhan-mu.” Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahalanya tanpa batas. (QS. Azzumar : 10)
Seperti itulah yang dilakukan ibu tadi, kuncinya adalah bersabar. Betapa yakinnya bahwa setelah berusaha semaksimal mungkin , berdoa, kemudian bertawakal, Allah SWT akan memberikan jalan kemudahan. Sikap tawakal tidak akan terjadi apabila tidak ada rasa Khusnudzan (baik sangka) kepada Allah. Beliau tidak lekas menyerah begitu saja dan berprasangka buruk kepada Allah SWT, tetapi tetap optimis dan yakin. Dan Hasilnya, Subhanallah…rizki yang tidak disangka-sangka menghampirinya. Terkadang memang kenyataan yang terjadi selalu lebih indah dari yang kita bayangkan sebelumnya, Allah itu maha mengejutkan!
Kesabaran itu sendiri dibagi menjadi tiga macam, pertama sabar dalam ketaatan kepada Allah, kedua sabar dari kemaksiatan, dan yang ketiga sabar dalam menghadapi cobaan. Semua itu (ketaatan, kemaksiatan, dan cobaan) merupakan gambaran sebuah kehidupan. Oleh karenanya sabar adalah separuh keimanan, karena setiap cabang-cabang iman memerlukan sifat sabar.
Lawan dari sifat sabar adalah keluh kesah (jaza’) yang merupakan perbuatan tercela yang akan membawa kepada kehancuran. Tidak ada pilihan lain bagi seorang muslim dalam menjalani kehidupan ini kecuali harus bersabar. Intinya apabila di dalam hati seseorang telah tertanam nilai-nilai ketaqwaan dan keyakinan yang tinggi kepada Allah SWT bahwa buah dari kesabaran adalah kenikmatan dan kemenangan yang hakiki, maka sabar itu akan menjadi mudah
فنيسّره لليسرى “ Maka kelak kami akan menyiapkan baginya jalan yang mudah,”
(QS. Al-lail : 7). Semoga kita menjadi orang-orang yang sabar dan diridhoi Allah SWT, Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar